PENDAHULUAN
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang
lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas
adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk
melakukan episiotomi harus mengacu pada pertimbangan klinik yang tepat dan
tehnik yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Berdasarkan
empiris, banyak kasus-kasus yang dilakukan episiotomi, karena nyeri waktu
menjahit luka menyulitkan petugas, sehingga tindakan yang seharusnya dapat
diselesaikan dalam waktu singkat akan memakan waktu yang lebih lama dan
kemungkinan kejadian infeksi akan lebih tinggi. Disamping itu aproksimasi
anatomi luka akan lebih sulit dilakukan karena pasien dalam keadaan gelisah,
hal ini juga akan ikut mengganggu penyembuhan luka.
Episiotomi (perineotomi) adalah insisi perineum untuk
memperlebar ruang pada lubang- keluar jalan lahir yang pertama kali
diperkenalkan oleh dokter ahli kebidanan dari Dublin, Sir Fielding Ould
(1710- 1789).
Episiotomi,dalam arti sempit adalah insisi pudenda.
Perineotomi adalah insisi perineum. Tetapi dalam bahasa biasa episiotomi sering
digunakan sama dengan perineotomi. Dalam pengertian lain episiotomi dapat
diartikan sebagai insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk memperlebar
bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir. Dengan demikian
persalinan dapat lebih cepat dan lancar
.
ANATOMI DAN PERSYARAFAN PERINEUM
Perineum
adalah daerah yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan
diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot
koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma
urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu didaerah segitiga
antara tuber isiadika dan simpisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi m.
transversus perinei profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun
eksternal yang menutupinya.
Perineum
merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara vulva dan
anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma
pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia
superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis
profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-otot koksigis dan levator ani
yang terdiri dari 3 otot penting yaitu: m.puborektalis, m.pubokoksigis, dan
m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari struktur pelvis,
diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum. Perineum berbatas sebagai berikut
:
- Ligamentum arkuata dibagian depan tengah.
- Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan.
- Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang.
- Tulang koksigis dibagian belakang tengah.
Daerah perineum terdiri dari 2
bagian, yaitu :
- Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat sfingter ani eksterna yang melingkari anus.
- Regio urogenitalis. Disini terdapat muskulus bulbokavernosus, muskulus transversus perinealis superfisialis dan muskulus iskiokavernosus.
Perineal
Body merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai tempat
bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas. Persyarafan perineum
berasal dari segmen sakral 2,3,4 dari sumsum tulang belakang (spinal cord) yang
bergabung membentuk nervus pudendus. Syaraf ini meninggalkan pelvis
melalui foramen sciatic mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum,
kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic minor dan kemudian lewat
sepanjang dinding samping fossa iliorektal dalam suatu ruang fasial yang
disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki kanalis Alcock, pudendus terbagi
menjadi 3 bagian/cabang utama, yaitu:
a.
hemorrhoidalis inferior
diregio anal,
b.
perinealis yang juga membagi diri
menjadi labialis posterior dan perinealis profunda ke bagian anterior dari
dasar pelvis dan diafragma urogenital;
c.
cabang ketiga adalah dorsalis klitoris.
Perdarahan
ke perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari arteri pudenda
interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi
hemorrhoidalis inferior, perinealis dan dorsalis klitoris.
hemorrhoidalis inferior, perinealis dan dorsalis klitoris.
TUJUAN EPISIOTOMI
Ketika masih menjadi prosedur
obstetrik lazim, penggunaan episiotomi telah menurun secara luar biasa sejak 20
tahun yang lalu. Selama tahun 70-an, episiotomi lazim dilakukan untuk hampir
seluruh wanita nullipara. Praktek ini menjadi kontroversi, dan dengan konsep berdasarkan
bukti, sejumlah penelitian besar telah dilakukan mengenai kontroversi
ini. Alasan kepopulerannya mencakup penggantian laserasi kasar yang dapat
terjadi dengan insisi bedah yang lurus dan rapi. Luka insisi lebih mudah pulih.Ada
4 tujuan utama pada episiotomi :
- Mengurangi tekanan terhadap kepala bayi sehingga mengurangi terjadinya asfiksia akibat kekurangan oksigen.
- Mengurangi hambatan persalinan oleh perineum, jika elastisitasnya tidak mendukung proses persalinan.
- Dapat mempercepat kala pengeluaran kepala sehingga mengurangi kemungkinan asfiksia
- Memperluas dan memperpendek jalan lahir lunak sehingga persalinan dapat dipercepat.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN EPISIOTOMI
Keuntungan :
Keuntungan :
- Bagian venter otot tidak terpotong
- Episiotomi mudah dilakukan dan mudah diperbaiki
- Hasil-hasil strukturalnya baik sekali
- Perdarahan lebih sedikit dibanding insisi lainnya
- Nyeri pasca bedah sedikit
- Penyembuhan baik dan jarang terjadi jahitan terbuka di daerah bekas insisi (dehisensi luka).
Kerugian:
Mungkin
tidak diperlukan karena elastisitas perineum baik. Pada primigravida sebagian
besar terjadi robekan spontan yang tidak teratur sehingga melakukan adaptasinya
lebih sulit saat menjahitnya. Salah satu kerugian episiotomi adalah kalau
luka insisi melebar ketika kepala bayi
lahir, sphinkter ani akan robek dan robekan ini mengenai pula daerah rektum.
Pada jenis episiotomi medialis tidak ideal bagi situasi berikut ini :
lahir, sphinkter ani akan robek dan robekan ini mengenai pula daerah rektum.
Pada jenis episiotomi medialis tidak ideal bagi situasi berikut ini :
1.
Perineum pendek/sempit
2.
Bayinya besar
3.
Presentasi dan posisi abnormal
4.
Kelahiran sulit dengan tindakan
INDIKASI MELAKUKAN EPISIOTOMI
Episotomi pada primigravida, kejadiannya antara 0-95%,
sedangkan pada multigravida lebih kecil karena jaringan perineum sudah semakin
elastis. Dalam beberapa kasus, perlu ditetapkan indikasi untuk melakukan
episiotomi sebagai berikut :
- Profilaktik : untuk melindungi integritas dasar panggul
- Halangan kemajuan persalinan akibat perineum yang kaku.
Tidak semua persalinan anak pertama
dibarengi perineum yang kaku, tetapi bila perineum sangat kaku sehingga
persalinan berlangsung lama dan proses persalinan menjadi sulit, maka perlu
dilakukan tindakan episiotomi.
- Primigravida, khusus pada primigravida, laserasi jalan lahir sulit dihindari sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan episiotomi. Disamping itu, episiotomi dipertimbangkan pada multigravida dengan introitus vaginae yang sempit.
- Jaringan perineum tebal dan sangat berotot
- Ada jaringan parut bekas operasi
- Ada bekas episiotomi yang sudah diperbaiki
Untuk mengelakkan robekan yang tak teratur, termasuk robekan
yang melebar ke dalam rectum, Kalau perineumnya sempit atau perineum pendek,
antara bagian belakang, vagina dan bagian depan rectum hanya terdapat sedikit
ruangan, hal ini meningkatkan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang
melebarke bawah.Pada keadaan laserasi yang lebar tidak akan bisa dihindari.
Alasan fetal,Bayi yang premature dan lemah, tujuannya untuk
mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala bayi.Bayi-bayi yang
besar, jika berat janin diperkirakan 4 kilogram, maka hal ini dapat menjadi
indikasi dilakukannya persalinan sesar (seksio sesaria).Alasan yang menjadi
buktinya yaitu, resiko komplikasi akan menjadi lebihbesar dan berbahaya jika
bayi dilahirkan pervaginam, namun mungkinsaja resiko ini terlampaui jika
ternyata rongga panggul ibu cukup besar. Begitu juga jika berat bayi mencapai
3,5 kg atau lebih dan cukup lebaruntuk dilalui, maka diperkirakan ia dapat
lahir melalui vagina. Jikaditemukan resiko persalinan macet, misalnya karena
bahu bayi yang lebar barulah dilakukan episiotomi. Posisi abnormal: presentasi
bokong, presentasi muka. Bayi harus dilahirkan dengan cepat pada keadaan gawat
janin dan dilatasi perineum tidak dapat di tunggu.
JENIS
EPISIOTOMI
Sayatan episiotomi umumnya
menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan pisau.
Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:
a.
Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus
ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan
dari episiotomi medialis ini adalah:
- Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
- Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
- Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
b.
Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina
menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan
ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang
sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
c.
Episiotomi
lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari
kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang
tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka
sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal
interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut
yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
d.
Insisi
Schuchardt.
Jenis ini merupakan variasi dari
episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah lateral,
melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
SAAT MELAKUKAN
EPISIOTOMI
Bila
episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka
episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu
lambat maka otot-otot dasar panggul sudah sangat teregang sehingga salah satu
tujuan episiotomi itu sendiri tidak akan tercapai. Berdasarkan hal-hal tersebut
diatas banyak penulis menganjurkan episiotomi dilakukan pada saat kepala janin
sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada waktu his.
Pada penggunaan
cunam beberapa penulis melakukan episiotomi setelah cunam terpasang tetapi
sebelum traksi dilakukan, dengan alasan bahwa bila dilakukan sebelum
pemasangan, akan memperbanyak perdarahan serta memperbesar resiko perluasan
luka episiotomi yang tidak terkontrol selama pemasangan cunam. Pada persalinan
letak sungsang, episiotomi sebaiknya dilakukan sebelum bokong lahir, dengan
demikian luasnya episiotomi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
PENJAHITAN
(REPAIR) LUKA EPISIOTOMI
Add caption |
Tehnik
penjahitan luka episiotomi sangat menentukan hasil penyembuhan luka episiotomi,
bahkan lebih penting dari jenis episiotomi itu sendiri. Penjahitan biasanya
dilakukan setelah plasenta lahir, kecuali bila timbul perdarahan yang banyak
dari luka episiotomi maka dilakukan dahulu hemostasis dengan mengklem atau
mengikat pembuluh darah yang terbuka.
Beberapa prinsip
dalam penjahitan luka episiotomi yang harus diperhatikan adalah sebgai berikut:
- Penyingkapan luka episiotomi yang adekwat dengan penerangan yang baik, sehingga restorasi anatomi luka dapat dilakukan dengan baik.
- Hemostasis yang baik dan mencegah dead space.
- Penggunaan benang jahitan yang mudah diabsorbsi
- Pencegahan penembusan kulit oleh jahitan dan mencegah perdarahan yang berlebihan
- Jumlah jahitan dan simpul jahitan diusahakan seminimal mungkin.
- Hati-hati agar jahitan tidak menembus rektum.
- Untuk mencegah kerusakan jaringan, sebaiknya dipakai jarum atraumatik.
ANASTESI LOKAL
PADA EPISIOTOMI
Penggunaan
anastesi lokal untuk pencegahan rasa sakit selama operasi, dimulai lebih dari
100 tahun yang lalu sewaktu Kaller (1884) seorang opthalmologist di Wina,
mencatat kegunaan dari kokain suatu ester dari asam para amino benzoat (PABA),
dalam menghasilkan anstesi korneal. Penerimaan anastesi lokal sangat cepat dan
anastesi lokal yang baru segera muncul mengikuti ditemukannya kokain. Anastesi
injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang disintesa
oleh Einhorn pada tahun 1905. Obat ini terbukti tidak bersifat addiksi dan jauh
kurang toksik dibanding kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk
Benzocaine, Dibucaine, Tetracaine dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti
sedikit toksisitasnya, tetapi kadang-kadang menunjukkan sensitisasi dan reaksi
alergi.
Penelitian untuk
anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak obat-obat dengan berbagai
keuntungan dapat digunakan pada saat ini.